Orang yang berpuasa bisa menghindari sedikitnya 50 jenis penyakit. Hal ini lantaran ketika berpuasa, produksi oksidan atau radikal bebas berkurang sementara tubuh memproduksi antioksidan.
“Pada saat puasa, hormon dalam tubuh berubah salah satunya menghasilkan antioksidan. Pada hari ke 7-14 kadar antioksidan akan meningkat,“ ujar dokter konsultan gizi, Sri Rusmanti, dalam diskusi Tinjauan Manfaat Puasa dari Sisi Medis di Rumah Sakit Umum Islam Kustati Solo, Sabtu (8/8).
Rusmanti menjelaskan metabolisme akan menghasilkan sisa yang jika menumpuk akan berbahaya bagi tubuh. Metabolisme karbohidrat akan menghasilkan sisa oksidan atau radikal bebas.
Zat kimia ini sangat reaktif dan mampu bereaksi dengan protein, lemak, karbohidrat, atau inti sel tubuh. “Reaksi antara radikal bebas dan molekul itu mengakibatkan rusaknya beberapa sel jaringan dalam tubuh sehingga timbullah penyakit, “ ujarnya.
Penyakit yang timbul dari radikal bebas, ujarnya, umumnya adalah penyakit degeneratif atau penuaan dini dan peradangan. Radikal bebas juga dapat menyerang inti sel sehat yang kemudian dapat bermutasi menjadi sel tumor atau kanker. Pada dinding pembuluh darah, radikal bebas dapat menyebabkan peradangan yang mengakibatkan penyakit jantung koroner. Radikal bebas dalam pembuluh darah dapat menyebabkan penyakit hipertensi dan stroke.
Dalam jumlah yang sedikit, radikal bebas bermanfaat untuk membunuh kuman atau virus. Tetapi jika berlebih, radikal bebas disejajarkan dengan racun. Selain berasal dari metabolisme tubuh, radikal bebas tersebut juga dapat berasal dari lingkungan luar, seperti zat polutan, makanan berpengawet, atau makanan tinggi kadar gula dan garam.
Tak hanya itu, Rusmanti mengatakan, metabolisme protein juga akan menghasilkan sampah asam urat, amoniak, dan ureum. Berlebihnya sisa asam urat dalam tubuh menyebabkan penyakit asam urat, sementara amoniak dapat meracuni otak.
“Sebenarnya tubuh punya mekanisme pembuangan sendiri lewat kencing, buang air besar, dan keringa. Ttetapi, ada yang makan lebih dari yang dibutuhkan tubuh sehingga tidak semua zat sisa keluar, “ ujarnya.
Penetralan zat sisa metabolisme tubuh tersebut akan berlangsung ketika seseorang berpuasa. Tubuh akan menghasilkan zat yang dapat menetralkan sisa metabolisme tersebut seperti insulin yang mengelola gula darah. Puasa juga akan menurunkan kadar adrenalin, zat yang memicu kerja jantung sehingga emosi akan turun. Hormon kesuburan, testosterone ternyata juga meningkat pada orang yang berpuasa. Karena itu, Rusmanti menyebutkan, sedikitnya sekitar 50 penyakit dapat dicegah dengan puasa.
Meski demikian, Rusmanti mengungkapkan, penyakit tersebut hanya dapat dicegah dengan puasa yang benar. Selain menjalankan segala ibadah sesuai ajaran Islam, orang yang berpuasa juga menjalankan pola makan yang baik yakni makan makanan yang tidak tercampur dengan bahan-bahan berbahaya. Saat buka dan sahur pun, asupan makanan diharuskan tidak berlebihan.
Dia mengutarakan, pada saat berbuka, sebaiknya mengonsumsi minuman yang bersuhu sama dengan suhu tubuh. “Kalau minum es akan memicu asam lambung, akibatnya akan kembung dan mengganggu pencernaan berikutnya, “ ujarnya.
Memakan kurma tiga biji saja pada saat berbuka sudah dapat menghasilkan 50 kalori untuk menjalankan shalat Maghrib. Kebiasaan menyantap kolak bersantan sebenarnya kurang tepat karena memerlukan proses pencernaan sehingga kurang cepat menghasilkan energy.
Selesai shalat, Rusmanti menganjurkan untuk mengonsumsi makanan yang mudah dicerna dan tidak tinggi lemak, serat, dan protein. Nasi yang diolah harus memiliki kematangan yang cukup. Untuk jenis sayuran, Rusmanti menganjurkan yang tidak mengandung serat tinggi dan mudah diproses seperti bayam, wortel, dan terong. Konsumsi daging sebaiknya tidak menyertakan kulit dan dikunyah sampai lembut.
Saat sahur, Rusmanti menyarankan, sebaiknya mengonsumsi makanan yang banyak mengandung serat. Makanan kaya serat tidak akan segera dicerna usus sehingga tidak cepat lapar. Makanan tersebut diantaranya nasi, kacang-kacangan termasuk tempe, dan sayuran. Untuk menjaga stamina, pada saat sahur juga sebaiknya mengonsumsi karbohidrat dan protein dari makanan seperti telur ataupun susu sapi.
Konsumsi roti atau mie, ujar Rusmanti, sebaiknya dihindari karena cepat menimbulkan rasa lapar disamping adanya kandungan zat kimia. Pada saat sahur, hindari pula gorengan karena memerlukan banyak air dalam proses pencernaan sehingga menimbulkan rasa haus. Ketika sahur, hal yang paling utama diperhatikan adalah mengonsumsi air untuk mencegah dehidrasi atau kekurangan cairan pada saat puasa.
“Pada saat puasa, hormon dalam tubuh berubah salah satunya menghasilkan antioksidan. Pada hari ke 7-14 kadar antioksidan akan meningkat,“ ujar dokter konsultan gizi, Sri Rusmanti, dalam diskusi Tinjauan Manfaat Puasa dari Sisi Medis di Rumah Sakit Umum Islam Kustati Solo, Sabtu (8/8).
Rusmanti menjelaskan metabolisme akan menghasilkan sisa yang jika menumpuk akan berbahaya bagi tubuh. Metabolisme karbohidrat akan menghasilkan sisa oksidan atau radikal bebas.
Zat kimia ini sangat reaktif dan mampu bereaksi dengan protein, lemak, karbohidrat, atau inti sel tubuh. “Reaksi antara radikal bebas dan molekul itu mengakibatkan rusaknya beberapa sel jaringan dalam tubuh sehingga timbullah penyakit, “ ujarnya.
Penyakit yang timbul dari radikal bebas, ujarnya, umumnya adalah penyakit degeneratif atau penuaan dini dan peradangan. Radikal bebas juga dapat menyerang inti sel sehat yang kemudian dapat bermutasi menjadi sel tumor atau kanker. Pada dinding pembuluh darah, radikal bebas dapat menyebabkan peradangan yang mengakibatkan penyakit jantung koroner. Radikal bebas dalam pembuluh darah dapat menyebabkan penyakit hipertensi dan stroke.
Dalam jumlah yang sedikit, radikal bebas bermanfaat untuk membunuh kuman atau virus. Tetapi jika berlebih, radikal bebas disejajarkan dengan racun. Selain berasal dari metabolisme tubuh, radikal bebas tersebut juga dapat berasal dari lingkungan luar, seperti zat polutan, makanan berpengawet, atau makanan tinggi kadar gula dan garam.
Tak hanya itu, Rusmanti mengatakan, metabolisme protein juga akan menghasilkan sampah asam urat, amoniak, dan ureum. Berlebihnya sisa asam urat dalam tubuh menyebabkan penyakit asam urat, sementara amoniak dapat meracuni otak.
“Sebenarnya tubuh punya mekanisme pembuangan sendiri lewat kencing, buang air besar, dan keringa. Ttetapi, ada yang makan lebih dari yang dibutuhkan tubuh sehingga tidak semua zat sisa keluar, “ ujarnya.
Penetralan zat sisa metabolisme tubuh tersebut akan berlangsung ketika seseorang berpuasa. Tubuh akan menghasilkan zat yang dapat menetralkan sisa metabolisme tersebut seperti insulin yang mengelola gula darah. Puasa juga akan menurunkan kadar adrenalin, zat yang memicu kerja jantung sehingga emosi akan turun. Hormon kesuburan, testosterone ternyata juga meningkat pada orang yang berpuasa. Karena itu, Rusmanti menyebutkan, sedikitnya sekitar 50 penyakit dapat dicegah dengan puasa.
Meski demikian, Rusmanti mengungkapkan, penyakit tersebut hanya dapat dicegah dengan puasa yang benar. Selain menjalankan segala ibadah sesuai ajaran Islam, orang yang berpuasa juga menjalankan pola makan yang baik yakni makan makanan yang tidak tercampur dengan bahan-bahan berbahaya. Saat buka dan sahur pun, asupan makanan diharuskan tidak berlebihan.
Dia mengutarakan, pada saat berbuka, sebaiknya mengonsumsi minuman yang bersuhu sama dengan suhu tubuh. “Kalau minum es akan memicu asam lambung, akibatnya akan kembung dan mengganggu pencernaan berikutnya, “ ujarnya.
Memakan kurma tiga biji saja pada saat berbuka sudah dapat menghasilkan 50 kalori untuk menjalankan shalat Maghrib. Kebiasaan menyantap kolak bersantan sebenarnya kurang tepat karena memerlukan proses pencernaan sehingga kurang cepat menghasilkan energy.
Selesai shalat, Rusmanti menganjurkan untuk mengonsumsi makanan yang mudah dicerna dan tidak tinggi lemak, serat, dan protein. Nasi yang diolah harus memiliki kematangan yang cukup. Untuk jenis sayuran, Rusmanti menganjurkan yang tidak mengandung serat tinggi dan mudah diproses seperti bayam, wortel, dan terong. Konsumsi daging sebaiknya tidak menyertakan kulit dan dikunyah sampai lembut.
Saat sahur, Rusmanti menyarankan, sebaiknya mengonsumsi makanan yang banyak mengandung serat. Makanan kaya serat tidak akan segera dicerna usus sehingga tidak cepat lapar. Makanan tersebut diantaranya nasi, kacang-kacangan termasuk tempe, dan sayuran. Untuk menjaga stamina, pada saat sahur juga sebaiknya mengonsumsi karbohidrat dan protein dari makanan seperti telur ataupun susu sapi.
Konsumsi roti atau mie, ujar Rusmanti, sebaiknya dihindari karena cepat menimbulkan rasa lapar disamping adanya kandungan zat kimia. Pada saat sahur, hindari pula gorengan karena memerlukan banyak air dalam proses pencernaan sehingga menimbulkan rasa haus. Ketika sahur, hal yang paling utama diperhatikan adalah mengonsumsi air untuk mencegah dehidrasi atau kekurangan cairan pada saat puasa.
Sumber : Republika.co.id